JELAJAHI LEBIH BANYAK ILMU PENGETAHUAN MENARIK DI DALAM BLOG INI, BILA INGIN MENYAMPAIKAN SARAN DAN KRITIK BISA COMENT LANGSUNG DI BLOG INI (TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA) BERBAGI ILMU: LAPORAN SEMENTARA FISIOLOGI TUMBUHAN, PENGARUH TURGOR TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUPNYA STOMATA

LAPORAN SEMENTARA FISIOLOGI TUMBUHAN, PENGARUH TURGOR TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUPNYA STOMATA

LAPORAN SEMENTARA FISIOLOGI TUMBUHAN 3


LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
PENGARUH TURGOR TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUPNYA STOMATA 

OLEH : I PUTU EKA STYA DHARMA


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2010

I.  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Proses metabolisme yang terjadi di dalam tumbuhan yang menyebabkan tumbuhan tersebut dapat hidup.  Salah satu factor yang menyebabkan terjadinya proses metabolisme tersebut dapat berlangsung dengan cepat yaitu karena lingkungan mikro di sekitar tumbuhan tersebut.  Dengan mempelajari tentang fisiologi tumbuhan ini kita dapat mengetahui bagaimana sinar matahari dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk menghasilkan karbohidrat dari bahan baku anorganik berupa air dan karbondioksida, dengan adanya fisiologi tumbuhan ini kita juga dapat mengetahui bahwa dalam reaksi biokimia menyebabkan terjadinya membuka dan menutupnya stomata.
Karena dengan adanya proses metabolisme itu sendiri dalam proses metabolisme ini lebih besar kaitannya dengan pembentukan dan perkembangan organ hasil, sehingga kita perlu mengetahui bahwa organ hasil tidak selalu berupa organ generatif, organ hasil juga dapat berupa organ vegetatif    (Lakitan, B.,  2004).
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba (Salisbury,1995).
1.2   Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktikum ini yaitu untuk mempelajari pengaruh turgor terhadap mekanisme membuka dan menutupnya stomata, Kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh turgor terhadap mekanisme membuka dan menutupnya stomata

II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Botani Tanaman  ( Rhoeo discolor )
Tumbuhan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut Divisi : Spermatophyta, Sub devisi : Angeospermae, Kelas : Monocytelendone, Bangsa : Bromileales, Marga : Roeo, Familia :  Commefinaccae, species Rhoeo discolor.  Tumbuhan herba ini tegak, seperti pohon nanas.  Daun berbentuk seperti pedang, pangkalnya lebar ke arah ujung meyempit, berwarna hijau gelap di bagian atasnya dan berwarna ungu di bagian bawahnya.  Bunga majemuk di bagian ketiak daun yang didukung  oleh  satu atau dua penumpu berwarna ungu yang meliputi bunga kelopak dan mahkota bunganya berwarna putih.  Tumbuhan ini banyak digunakan sebagai tanaman hias, tumbuhan ini panjang sekitar 25 – 30 cm, lebar 3 – 6 cm, bunga majemuk berbentuk seperti mangkok, di ketiak daun terbungkus kelopak seperti kerang, batangnya kasar, pendek, lurus dan berwarna coklat, akarnya serabut kecoklatan (Sudarnadi, H., 1996).
2.2   Stomata
Stomata adalah cela yang ada di antara dua sel penjaga. sedangkan apparatus stomata adalah kedua sel penjaga tersebut.  Berdampingan dengan dua sel terdapat sel-sel epidermis yang telah termodifikasi, yang disebut sebagai sel pendukung.  Bentuk dan posisi stomata umumnya pada daun beragam tergantung species tumbuhannya.  Stomata pada umumnya terdapat pada permukaan bawah daun, tetapi ada beberapa species tumbuhan dimana stomata dapat dijumpai pada kedua permukaan daunnya (atas dan bawah).  Ada pula yang hanya mempunyai stomata pada permukaan atas daunnya.  Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat, peningkatan sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut.   Pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium  pada sel penjaga, pembukaan stomata ditentukan secara konsisten pada semua species yang telah diteliti.   Akan tetapi stomata akan membuka walaupun dalam gelap jika ditempatkan dalam udara yang  bebas (Lakitan,  2004).

2.2.1  Mekanisme Membuka dan Menutupnya Stomata
         Mekanisme membuka dan menutupnya stomata terutama tergantung pada akumulasi K+ pada sel stomata dan bukan semata-mata oleh adanya hidrolisa amilum menjadi gula sebagai mana dipercaya selama ini, hidrolisa amiilumini haya faktor sekunder.
            Untuk akumulasi K+ ini disediakan sebagai oleh vakuola sel lateral dan sebagian lagi oleh sel epidermis.  Akumulasi K+ berakumulasi di sel epidermis.  Tidak ada perbedaan elektro potensial yang menyolok antara setiap sel epidermis dan bagaimanapun keadaan stomata, K+ ditranspor secara  aktif ketika stomata membuka atau menutup memerlukan energi.
            Temperatur yang tinggi juga mengakibatkan stomata menutup.   Hal ini terkait dengan meningkatnya respirasi dan meningkatnya CO2 dalam kantong stomata.  Temperature yang tinggi berkaitan dengan konsumsi air yang tinggi.   Stomata menutup untuk mencegah kehilangan air yang berlebihan.  Mekanisme membuka dan menutupnya stomata secara efisien dengan mengatur keseimbangan air dalam tanaman  (Salisbury dan Ross, 1995).

2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Membuka dan Menutupnya Stomata


Faktor Internal antara lain cahaya matahari, konsentrasi CO2, dan asam absisat (ABA), serta Faktor Internal (jam biologis).  Cahaya matahari merangsang sel penjaga menyerap ion K+ dan air, sehingga stoma membuka pada pagi hari. Konsentrasi CO2 yang rendah di dalam daun juga menyebabkan stoma membuka. Stomata akan menutup apabila terjadi cekaman air.  Pada saat cekaman air, zat pengatur tumbuh ABA diproduksi di dalam daun yang menyebabkan membran menjadi bocor sehingga terjadi kehilangan ion K+ dari sel penjaga dan menyebabkan sel penjaga mengkerut sehingga stomata menutup.  Faktor internal yaitu jam biologis memicu serapan ion pada pagi hari sehingga stoma membuka, sedangkanpada malam hari terjadi pembebasan ion yang menyebabkan stoma menutup.  Stomata pada sebagian besar tanaman umumnya membuka pada siang hari dan menutup pada malam hari.
Menutupnya stoma akan menurunkan jumlah CO2 yang masuk ke dalam daun sehingga akan mengurangi laju fotosintesis.  Pada dasarnya proses membuka dan menutupnya stoma bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara kehilangan air melalui transpirasi dengan pembentukan gula melalui fotosintesis.
Aktifitas stomata terjadi karena hubungan air dari sel-sel penutup dan sel-sel pembantu.  Bila sel-sel penutup menjadi turgid dinding sel yang tipis menggembung dan dinding sel yang tebal yang mengelilingi lobang (tidak dapat menggembung cukup besar) menjadi sangat cekung, karenanya membuka lobang. Oleh karena itu membuka dan menutupnya stomata tergantung pada perubahan-perubahan turgiditas dari sel-sel penutup, yaitu kalau sel-sel penutup turgid lobang membuka dan sel-sel mengendor pori/lobang menutup (Pandey dan Sinha, 1983)
Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung dimana sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam stomata hingga merapat.  Stomata bekerja dengan caranya sendiri karena sifat khusus yang terletak pada anatomi submikroskopik dinding selnya. Sel penjaga dapat bertambah panjang, terutama dinding luarnya, hingga mengembang ke arah luar. Kemudian, dinding sebelah dalam akan tertarik oleh mikrofibril tersebut yang mengakibatkan stomata membuka (Salisbury dan Ross, 1995).
Pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium (K+) pada sel penjaga. Ion kalium ini berasal dari sel tetangganya. Cahaya sangat berperan merangsang masuknya ion kalium ke sel penjaga dan jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap, maka ion kalium akan kembali keluar sel penjaga (Lakitan, 1993).
Ketika ion kalium masuk ke dalam sel penjaga, sejumlah yang sama ion hydrogen keluar, dimana ion hydrogen tersebut berasal dari asam-asam organic yang disintesis ke dalam sel penjaga sebagai suatu kemungkinan faktor penyebab terbukanya stomata. Asam organik yang di sintesis umumnya adalah asam malat dimana ion-ion hydrogen terkandung di dalamnya.  (Salisbury dan Ross, 1995).
III.  METODOLOGI
3.1    Tempat dan Waktu
Tempat dilaksanakannya Praktikum Fisiologi Tumbuhan tentang Pengaruh Membuka dan Menutupnya Stomata di Laboratorium Hortikultura.  Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.  Pada hari Rabu tanggal  27 Oktober 2010, Jam 14.00 Wita sampai selesai.
3.2  Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu daun Rhoeo discolor yang masih segar dan air aqua.  Sedangkan alat yang digunakan dalam Praktikum ini adalah mikroskop, gelas objek, gelas penutup, pipet, pinset, kertas  saring, dan tissue.
3.3    Cara Kerja
Yang dilakukan pertama adalah mengambil daun Rhoeo discolor yang masih segar kemudian membuat sayatan epidermis yang  pada bagian bawah daun tersebut dengan silet atau pinset setipis mungkin, lalu meletakkannya  pada gelas objek dengan setetes air, selanjutnya ditutup dengan gelas penutup sambil diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x.  Kemudian membuat sayatan lagi dan diganti dengan tetesan sukrosa 10 %, lalu ditutup dengan gelas penutup dan mengamatinya di bawah mikroskop dan kemudian menggambarnya stomata membuka dan menutup di kertas hvs.
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Berdasarkan hasil Praktikum tentang pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel . Pengamatan Stomata Terbuka dan Tertutup Pada Preparat dan Rhoeo discolor.
Media
Stomata terbuka
Stomata tertutup
% Stomata terbuka
% Stomata tertutup
Air
2
4
33,3 %
66,6  %
Sukrosa 10 %
2
3
40 %
60  %
                                                                       
4.2  Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan di Laboratorium Pada pengamatan daun Rhoeo discolor di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 X, daun rheo discolour yang di tetesi air terlihat stomata yang terbuka  lebih banyak dibandingkan dengan yang tertutup, sedangkan pada pengamatan yang ditetesi dengan larutan sukrosa dengan konsentrasi 10 % dapat diketahui bahwa jumlah stomata yang tertutup lebih banyak dibandingkan dengan stoma yang tertutup.  Hal tersebut disebabkan karena adanya konsentrasi suatu larutan dapat mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata pada daun tersebut, semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka jumlah suatu stomata pada daun akan semakin banyak.
Stomata pada umumnya banyak dijumpai pada permukaan bawah  daun, akan tetapi ada juga stomata yang dijumpai di permukaan daun, letak suatu stomata pada tanaman berbeda-beda hal ini disebabkan oleh perbedaan species dari satu tanaman yang menyebabkan letak stomata pada daunnya dapat berbeda pula.  Apabila pada sel penjaga menggembung karena menyerap air, diameter mikrofibril tidak bertambah besar, karena mikrofibril tidak banyak meregang ke arah penjaganya, tetapi sel penjaga dapat bertambah panjang terutama dinding luarnya, sehingga menggembung ke arah luar, kemudian dinding sebelah dalam akan tertarik oleh mikrofibril sehingga menyebabkan stomata membuka  (Dwidjoseputro, 1999
V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
        Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.   Stomata adalah cela yang ada di antara dua sel penjaga sedangkan apparatus stomata adalah kedua sel penjaga tersebut.  
2.   Stomata akan membuka apabila  dinding sebelah dalam akan tertarik oleh mikrofibril sehingga menyebabkan stomata membuka
3.   Stomata pada umumnya terdapat pada permukaan bawah daun, tetapi ada beberapa species tumbuhan dimana stomata dapat dijumpai pada kedua  permukaan daunnya (atas dan bawah) .
4.      Temperatur yang tinggi juga mengakibatkan stomata menutup.


5.2  Saran
        Saran kami selaku praktikan yaitu untuk praktek selanjutnya  agar supaya lebih melengkapi bahan dan alat yang akan digunakan.   Serta meningkatkan lagi kenyamanan dalam ruangan selama praktikum berlangsung
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, 1999.  Fisiologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,             Yogyakarta.

Lakitan, B., 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja grafindo Persada, Yogyakarta.
Tjitrosomo, 1999. Botani Umum. Angkasa, Bandung
Persada, Jakarta Sudarnadi, H.,  1996.  Tumbuhan Monokotil.  Penebar Swadaya,    Yogyakarta.







Artikel Terkait:

Tidak ada komentar: