HASIL PERTANIAN MELALUI IRIGASI PERTANIAN


Ada beragam Macam Sumber Air Permukaan di Masyarakat yang terkadang belum dimanfaatkan seperti air bekas galian tambang, terjunan air, sungai dan danau.
Sebelum awal Pembangunan Lima Tahun diPelita Pertama tahun 1969, Indonesia pernah tercatat sebagai pengimpor beras terbesar di dunia, dan berkat kesuksesan intensifikasi pertanian melalui kegiatan peningkatan pelayanan irigasi dan penerapan teknologi maju yang terintegrasi dengan penerapan rekayasa sosial, dalam waktu 15 tahun berikutnya pernah sukses mencapai prestasi swasembada beras pada tahun 1984. Pada saat itu, komoditas pangan lainnya seperti jagung, kedelai, dan ubi kayu, juga mengalami peningkatan. Sayangnya bahwa sejak tahun 1998 kita dilanda krisis ekonomi yang cukup parah sehingga produksi komoditas pertanian juga mengalami penurunan hingga sampai saat ini kita masih mengalami pasang surut sebagai pengimpor beras yang belum bisa dipulihkan kembali secara stabil.
Menghadapi kenyataan bahwa semakin menurunnya ketersediaan lahan yang sesuai untuk pengembangan lahan beririgasi baru, maka disamping upaya intensifikasi lahan beririgasi yang tersedia seyogyanya kita berpaling ke potensi yang masih cukup luas di Indonesia yakni lahan lahan kering yang cukup luas mencapai 143,9 juta ha.
Sebenarnya, secara tradisional, selama ini sudah cukup banyak pengalaman masyarakat, khususnya di luar Jawa yang mengembangkan pemanfaatan lahan kering melalui teknologi sederhana berbasis ”kearifan lokal” sesuai dengan kondisi dan tuntutan masyarakat tani setempat. Misalnya, pengembangan lahan berpindah bahkan humah untuk tanaman pangan sangat umum dikembangkan dan praktekkan oleh petani pemukim tradisional di lahan-lahan kering pada dataran tinggi diwaktu lalu. Juga pada lahan-lahan kering yang tingkat retensi air tanahnya tidak memungkinkan lagi untuk menanam tanaman pangan secara rutin, banyak yang mengembangkan teknologi penyiraman tanaman, bahkan banyak dijumpai penerapan semacam irigasi tetes untuk membasahi tanaman. Umumnya produksinya rendah, sehingga perlu ditunjang dengan teknologi pertanaman yang sesuai agar produksinya dapat ditingkatkan  mendekati potensi optimalnya.
Dalam upaya mendukung ketahanan pangan melalui pengembangan lahan kering, makalah ini menyajikan potensi pengembangan “irigasi mikro” yang berbasis “kearifan lokal” yang sudah banyak sekali dikembangkan di negara-negara berkembang bahkan mengembangkannya menjadi teknologi irigasi modern di negara-negara maju. Penyajian makalah ini secara umum akan memberikan gambaran mulai riwayat awal pengembangan, alternatif teknologi terapan sampai kepada contoh-contoh keberhasilan yang sudah dicapai di negara-negara yang menerapkannya secara luas melalui keterpaduan penggunaannya dengan teknologi irigasi mikro dan pertanaman modern, meskipun tidak harus dengan tanaman padi yang membutuhkan banyak air.

Kata kunci: Lahan Kering; Irigasi Mikro; Ketahanan Pangan; Konservasi Air; Hemat Air; Kearifan Lokal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar