PROTEIN
Protein merupakan salah satu dari
biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang
merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah
satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh
Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Kebanyakan protein merupakan enzim
atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau
mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton.
Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali
dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam
transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai
sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut
(heterotrof).
Ø STRUKTUR
PROTEIN
Struktur tersier protein. Protein
ini memiliki banyak struktur sekunder beta-sheet dan alpha-helix yang sangat
pendek. Model dibuat dengan menggunakan koordinat dari Bank Data Protein (nomor
1EDH).
Struktur protein dapat dilihat
sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat
dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat):
struktur primer protein merupakan
urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida
(amida). Frederick Sanger merupakan ilmuwan yang berjasa dengan temuan metode
penentuan deret asam amino pada protein, dengan penggunaan beberapa enzim
protease yang mengiris ikatan antara asam amino tertentu, menjadi fragmen peptida
yang lebih pendek untuk dipisahkan lebih lanjut dengan bantuan kertas
kromatografik. Urutan asam amino menentukan fungsi protein, pada tahun 1957,
Vernon Ingram menemukan bahwa translokasi asam amino akan mengubah fungsi
protein, dan lebih lanjut memicu mutasi genetik.
struktur sekunder protein adalah
struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein
yang distabilkan oleh ikatan hidrogen.
struktur tersier yang merupakan
gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder. Struktur tersier biasanya
berupa gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa
ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau
kuartomer) dan membentuk struktur kuartener.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan
beberapa metode:
(1) hidrolisis protein dengan asam kuat (misalnya,
6N HCl) dan kemudian komposisi asam
amino ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer,
(2) analisis sekuens dari ujung-N
dengan menggunakan degradasi Edman,
(3) kombinasi dari digesti dengan
tripsin dan spektrometri massa, dan
(4) penentuan massa molekular
dengan spektrometri massa.
Struktur sekunder bisa ditentukan
dengan menggunakan spektroskopi circular dichroism (CD) dan Fourier Transform
Infra Red (FTIR). [6] Spektrum CD dari puntiran-alfa menunjukkan dua absorbans
negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta menunjukkan satu puncak negatif
sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur sekunder dari protein bisa
dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita amida-I dari
puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari lempeng-beta. Jadi,
komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari spektrum
inframerah.
Struktur protein lainnya yang juga
dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri dari 40-350 asam amino. Protein
sederhana umumnya hanya memiliki satu domain. Pada protein yang lebih kompleks,
ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya. Hubungan rantai polipeptida yang
berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah fungsi baru berbeda dengan
komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur kompleks ini berpisah,
maka fungsi biologis masing-masing komponen domain penyusunnya tidak hilang.
Inilah yang membedakan struktur domain dengan struktur kuartener. Pada struktur
kuartener, setelah struktur kompleksnya berpisah, protein tersebut tidak
fungsional.
Protein sendiri mempunyai banyak
sekali fungsi di tubuh kita. Pada dasarnya protein menunjang keberadaan setiap
sel tubuh, proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa harus sedikitnya
mengkonsumsi 1 g protein pro kg berat tubuhnya. Kebutuhan akan protein
bertambah pada perempuan yang mengandung dan atlet-atlet.
Ø Kekurangan
Protein bisa berakibat fatal:
·
Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari
97-100% dari Protein -Keratin)
· Yang
paling buruk ada yang disebut dengan Kwasiorkor, penyakit kekurangan
protein.[7] Biasanya pada anak-anak kecil yang menderitanya, dapat dilihat dari
yang namanya busung lapar, yang disebabkan oleh filtrasi air di dalam pembuluh
darah sehingga menimbulkan odem.Simptom yang lain dapat dikenali adalah:
o
hipotonus
o
gangguan pertumbuhan
o
hati lemak
· Kekurangan
yang terus menerus menyebabkan marasmus dan berkibat kematian.
Dari makanan kita memperoleh
Protein. Di sistem pencernaan protein akan diuraikan menjadi peptid peptid yang
strukturnya lebih sederhana terdiri dari asam amino. Hal ini dilakukan dengan
bantuan enzim. Tubuh manusia memerlukan 9 asam amino. Artinya kesembilan asam
amino ini tidak dapat disintesa sendiri oleh tubuh esensiil, sedangkan sebagian
asam amino dapat disintesa sendiri atau tidak esensiil oleh tubuh. Keseluruhan
berjumlah 21 asam amino. Setelah penyerapan di usus maka akan diberikan ke
darah. Darah membawa asam amino itu ke setiap sel tubuh. Kode untuk asam amino
tidak esensiil dapat disintesa oleh DNA. Ini disebut dengan DNAtranskripsi.
Kemudian karena hasil transkripsi di proses lebih lanjut di ribosom atau
retikulum endoplasma, disebut sebagai translasi.
Sumber
:
- § Daging
- § Ikan
- § Telur
- § Susu, dan produk sejenis Quark
- § Tumbuhan berbji
- § Suku polong-polongan
- § Kentang
Keuntungan :
- § Sumber energi
- § Pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan
- § Sebagai sintesis hormon,enzim, dan antibodi
- § Pengatur keseimbangan kadar asam basa dalam sel
v PEPTIDA
Peptida merupakan molekul yang terbentuk
dari dua atau lebih asam amino. Jika jumlah asam amino masih di bawah 50
molekul disebut peptida, namun jika lebih dari 50 molekul disebut dengan
protein. Asam amino saling berikatan dengan ikatan peptida. Ikatan peptida
terjadi jika atom nitrogen pada salah satu asam amino berikatan dengan gugus
karboksil dari asam amino lain. Peptida terdapat pada setiap makhluk hidup dan
berperan pada beberapa aktivitas biokimia. Peptida dapat berupa enzim, hormon,
antibiotik, dan reseptor.
Ikatan peptida merupakan ikatan
yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagi
elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya. Reaksi yang
terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air
ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan
menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat menyerap panjang
gelombang 190-230 nm.
Sintesis peptida dilakukan dengan
menggabungkan gugus karboksil salah satu asam amino dengan gugus amina dari
asam amino yang lain. Sintesis peptida dimulai dari C-terminus (gugus
karboksil) ke N-terminus (gugus amin), seperti yang terjadi secara alami pada
organisme. Namun, untuk mensintesis peptida, tidak semudah mencampurkan asam amino
begitu saja. Seperti contohnya: mencampurkan glutamine (E) dan serine (S) dapat
menghasilkan E-S, S-E, S-S, E-E, dan bahkan polipeptida seperti E-S-S-E-E.
Untuk menghindari asam amino berikatan tidak terkendali, perlu dilakukan
perlindungan dan kontrol terhadap ikatan peptida yang akan terjadis sehingga
ikatan yang terbentuk sesuai dengan yang diinginkan. Langkah-langkah sintesis
peptida adalah sebagai berikut: asam amino ditambahkan gugus proteksi. Kemudian
asam amino yang diproteksi dilarutkan dalam pelarut seperti dimetyhlformamide
(DMF) yand digabungkan dengan coupling reagents dipompa melalui kolom sintesis.
Grup proteksi dihilangkan dari asam amino melalui reaksi deproteksi. Kemudian
pereaksi deproteksi dihilangkan agar tercipta suasana penggabungan yang bersih.
Coupling reagents, contohnya N,N'-dicyclohexylcarbodiimide (DCCI), membantu
pembentukan ikatan peptida. Setelah reaksi coupling terbentuk, coupling
reagents dicuci untuk menciptakan suasana deproteksi yang bersih. Proses
proteksi, deproteksi, dan coupling ini terus dilakukan berulang-ulang hingga
tercipta peptida yang diinginkan.
v KELAS
PEPTIDA
Peptida
dapat dikelompokkan menurut kemiripan struktur dan fungsinya :
· Peptida
Ribosomal
Peptida ribosomal disintesis dari translasi
mRNA. Peptida ini berfungsi sebagai hormon dan molekul signal pada organisme
tingkat tinggi. Secara umum, peptida ini mempunyai strukstur linear.
· Peptida
non-Ribosomal
Peptida non-Ribosomal disintesis
dengan kompleks enzim. Peptida ini terdapat pada organisme uniselular, tanaman,
dan fungi. Pada peptida ini terdapat struktur inti yang kompleks dan mengandung
pengaturan yang berbeda-beda untuk melakukan manipulasi kimia untuk
menghasilkan suatu produk. Secara umum, peptida ini berbentuk siklik, walaupun
ada juga yang berbentuk linear.
· Peptida
Hasil Digesti ( Digested peptides )
Peptida ini terbentuk dari hasil
proteolisis non-spesifik dalam siklus digesti. Peptida hasil digesti secara
umum merupakan peptida ribosomal, akan tetapi tidak dibentuk dari translasi
mRNA. Peptida ini juga dapat dibentuk dari protein [yang didigesti dengan
protease spesifik, seperti digesti trypsin yang sering dilakukan sebelum mass
spectrometry peptide analysis.
Peptida antimikrobial adalah
komponen yang telah berevolusi dan terdapat secara permanen pada sistem respon
kekebalan bawaan dan ditemukan di seluruh kelas kehidupan. Perbedaan mendasar
terdapat pada sel prokariot dan eukariot, yaitu yang merupakan target dari
peptida antimikrobial. Peptida ini merupakan spektrum antibiotik yang luas.
Peptida antimikrobial terbukti mampu membunuh bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif, termasuk strain yang yang resisten terhadap antibiotik
konvensional, mycobacteria, virus yang terbungkus kapsul, jamur, dan bahkan sel
kanker. Tidak seperti kebanyakan antibiotik konvensional, peptida antimikrobial
dapat meningkatkan kekebalan dengan berfungsi sebagai immunomodulator.
ASAM
AMINO
Asam amino adalah sembarang senyawa
organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya
-NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat
pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α).
Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa.
Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam
pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi
karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan
senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting
dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.
o
STRUKTUR ASAM AMINO
Struktur asam amino secara umum
adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus
karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau
disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan
asam amino lainnya.
Atom C pusat tersebut dinamai atom
Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil,
yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus
amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino.
Asam amino biasanya
diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat
kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah,
basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar.
o
ISOMERISME PADA ASAM AMINO
Karena atom C pusat mengikat empat
gugus yang berbeda, maka asam amino—kecuali glisina—memiliki isomer optik: l
dan d. Cara sederhana untuk mengidentifikasi isomeri ini dari gambaran dua
dimensi adalah dengan "mendorong" atom H ke belakang pembaca
(menjauhi pembaca). Jika searah putaran jarum jam (putaran ke kanan) terjadi
urutan karboksil-residu-amina maka ini adalah tipe d. Jika urutan ini terjadi
dengan arah putaran berlawanan jarum jam, maka itu adalah tipe l. (Aturan ini
dikenal dalam bahasa Inggris dengan nama CLRN, dari singkatan COOH - R - NH2).
o
POLIMERISASI ASAM AMINO
Protein merupakan
polimer yang tersusun dari asam amino sebagai monomernya. Monomer-monomer ini
tersambung dengan ikatan peptida, yang mengikat gugus karboksil milik satu
monomer dengan gugus amina milik monomer di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini
(disebut translasi) secara alami terjadi di sitoplasma dengan bantuan ribosom
dan tRNA.
Pada polimerisasi asam
amino, gugus -OH yang merupakan bagian gugus karboksil satu asam amino dan
gugus -H yang merupakan bagian gugus amina asam amino lainnya akan terlepas dan
membentuk air. Oleh sebab itu, reaksi ini termasuk dalam reaksi dehidrasi. Molekul
asam amino yang telah melepaskan molekul air dikatakan disebut dalam bentuk
residu asam amino.
Karena asam amino
memiliki gugus aktif amina dan karboksil sekaligus, zat ini dapat dianggap
sebagai sekaligus asam dan basa (walaupun pH alaminya biasanya dipengaruhi oleh
gugus-R yang dimiliki). Pada pH tertentu yang disebut titik isolistrik, gugus
amina pada asam amino menjadi bermuatan positif (terprotonasi, –NH3+),
sedangkan gugus karboksilnya menjadi bermuatan negatif (terdeprotonasi, –COO-).
Titik isolistrik ini spesifik bergantung pada jenis asam aminonya. Dalam
keadaan demikian, asam amino tersebut dikatakan berbentuk zwitter-ion.
Zwitter-ion dapat diekstrak dari larutan asam amino sebagai struktur kristal
putih yang bertitik lebur tinggi karena sifat dipolarnya. Kebanyakan asam amino
bebas berada dalam bentuk zwitter-ion pada pH netral maupun pH fisiologis yang
dekat netral.
o
ASAM AMINO DASAR
Protein tersusun dari
berbagai asam amino yang masing-masing dihubungkan dengan ikatan peptida.
Meskipun demikian, pada awal pembentukannya protein hanya tersusun dari 20 asam
amino yang dikenal sebagai asam amino dasar atau asam amino baku atau asam
amino penyusun protein (proteinogenik). Asam-asam amino inilah yang disandi
oleh DNA/RNA sebagai kode genetik.
Berikut adalah ke-20
asam amino penyusun protein (singkatan dalam kurung menunjukkan singkatan tiga
huruf dan satu huruf yang sering digunakan dalam kajian protein), dikelompokkan
menurut sifat atau struktur kimiawinya:
ü Asam
amino alifatik sederhana :
- § Glisina (Gly, G)
- § Alanina (Ala, A)
- § Valina (Val, V)
- § Leusina (Leu, L)
- § Isoleusina (Ile, I)
ü Asam
amino hidroksi-alifatik
§ Serina
(Ser, S)
§ Treonina
(Thr, T)
ü Asam
amino dikarboksilat (asam)
§ Asam
aspartat (Asp, D)
§ Asam
glutamat (Glu, E)
ü Amida
§ Asparagina
(Asn, N)
§ Glutamina
(Gln, Q)
ü Asam
amino basa
§ Lisina
(Lys, K)
§ Arginina
(Arg, R)
§ Histidina
(His, H) (memiliki gugus siklik)
ü Asam
amino dengan sulfur
§ Sisteina
(Cys, C)
§ Metionina
(Met, M)
ü Prolin
§ Prolina
(Pro, P) (memiliki gugus siklik)
ü Asam
amino aromatik
§ Fenilalanina
(Phe, F)
§ Tirosina
(Tyr, Y)
§ Triptofan
(Trp, W)
v FUNGSI
BIOLOGI ASAM AMINO.
§ Penyusun
protein, termasuk enzim.
§ Kerangka
dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin, hormon dan
asam nukleat).
§ Pengikat
ion logam penting yang diperlukan dalam dalam reaksi enzimatik (kofaktor).
v ASAM
AMINO ESENSIAL
Asam
amino diperlukan oleh makhluk hidup sebagai penyusun protein atau sebagai
kerangka molekul-molekul penting. Ia disebut esensial bagi suatu spesies
organisme apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi tidak mampu memproduksi
sendiri atau selalu kekurangan asam amino yang bersangkutan. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, spesies itu harus memasoknya dari luar (lewat makanan). Istilah
"asam amino esensial" berlaku hanya bagi organisme heterotrof.
Bagi
manusia, ada delapan (ada yang menyebut sembilan) asam amino esensial yang
harus dipenuhi dari diet sehari-hari, yaitu isoleusina, leusina, lisina,
metionina, fenilalanina, treonina, triptofan, dan valina. Histidina dan
arginina disebut sebagai "setengah esensial" karena tubuh manusia
dewasa sehat mampu memenuhi kebutuhannya. Asam amino karnitina juga bersifat
"setengah esensial" dan sering diberikan untuk kepentingan pengobatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar